Langit kota Solo menjelang sore kala itu masih sangat terang. Sinar matahari menelusup hingga ke bawah bajuku. Bulir keringat pun mengucur tanpa kompromi. Untunglah, laju motor ojol yang kutumpangi melesat cepat menuju ke komplek istana di Jln Slamet Riyadi 261. Saya pun tidak perlu berlama-lama bercengkerama dengan panasnya matahari.
Ini bukan kunjungan pertama ke komplek seluas 3500 meter persegi. Beberapa warsa yang lalu, saya pernah menyambangi resto di tempat ini. Tapi kali ini, saya ingin mengulik bangunan yang terletak tepat di samping Soga Resto. Museum Batik Danar Hadi, kepunyaan pengusaha batik kota Solo, Santosa Doellah.
Bicara batik, tidak akan cukup hanya satu petang saja. Sebagai sebuah karya seni nan luhur, batik memiliki banyak sisi yang menarik untuk ditelisik. Bahkan untuk menorehkan cerita batik di atas kertas mungkin butuh ribuan lembar.
Batik tak sekadar kegiatan menorehkan lilin panas sebagai perintang warna menggunakan canting maupun cap. Namun ada filosofi ditiap motif batik yang diwariskan turun temurun melalui ragam tutur. Kedua aspek ini yang membuat batik diakui sebagai warisan budaya dunia non bendawi. (Wikipedia)
Sebuah pengakuan yang harus di uri-uri atau dijaga dengan baik. Salah satunya dengan mendokumentasikan batik dari zaman ke zaman di sebuah museum. Tak hanya mendengar cerita dari mulut ke mulut, wujud batik di masa lalu menjadi mudah untuk disaksikan.
Ini penting agar pengetahuan dan keterampilan membatik tak putus oleh gerusan zaman. Bukan berarti batik tak boleh mengikuti perkembangan zaman. Tentu saja boleh, tetapi harus diingat bahwa sejarah batik baik dari aspek teknologi maupun budaya harus tetap lestari.
Memasuki ruangan lobi Museum Batik Danar Hadi tercium aroma kembang ramping nan eksotik. Kembang ramping bukanlah sesajen. Melainkan ramuan khusus yang berfungsi mengharumkan ruangan sekaligus pengusir jamur alami. Wangi daun pandan, kencur, jeruk purut, minyak srimpi, lengkuas, bunga mawar, bunga kenanga, melati dan cempaka berpadu semerbak ke seluruh ruangan membuat batik koleksi museum batik ini awet dan lestari.
Berada di ruang lobi saya bisa merasakan aura megah tempo dulu. Diiringi alunan gending Jawa nan syahdu, saya menikmati bangunan bergaya Jawa Kolonial. Nampak suasana klasik ala kerajaan amat kental. Elemen interior dan eksterior Museum Batik Danar Hadi sangat berkelas. Lampu kristal, guci porselen dari Cina, karpet khasmir, patung perunggu, cermin besar, meja di tengah ruangan bahkan sofa bergaya art nouveau membuat kesan agung nan wibawa bangunan ini. Mencerminkan citarasa pemilik Museum Batik Danar Hadi, yang mencintai seni.
Seorang perempuan berperawakan mungil memberi sambutan kepada kami dengan ramah. Beliau adalah Asti Suryo Astuti, Asisten Manajer Museum Batik Danar Hadi yang akan memandu kami menelisik batik yang disimpan di sini.
Di museum ini, saya merasa berada di lorong waktu. Menyusuri setiap sudut ruangan yang penuh dengan koleksi wastra batik dari zaman ke zaman. Tiap zaman memiliki nuansa yang berbeda.
Perkembangan batik pada pola dan warnanya ternyata tidak lepas dari pengaruh zaman dan lingkungan. Apa yang terjadi dimasa itu akan tercermin pada ragam hias kain batik yang dibuat para perajin. Ini menjadi dasar penataan ruang di Museum Batik Danar Hadi.
Koleksi Museum Batik Danar Hadi
Memasuki ruangan pertama kami diajak untuk mengenal batik di masa Kerajaan yaitu Batik Kraton. Kegiatan membatik masa itu lazim dilakukan oleh putri keraton sebagai olah cipta, rasa dan karsa. Dilantaskan dengan penuh kesungguhan melalui laku puasa dan meditasi sebagai upaya memohon petunjuk kepada Yang Maha Kuasa.
Jadi ragam hias batik dimasa itu lahir dari proses spiritualitas dan kreativitas yang sarat makna.
Motif-motif yang diciptakan mengandung filosofi luhur. Filosofi yang menuntun manusia sejak di kandungan, lahir hingga kembali kepada Tuhan. Jadi zaman dulu setiap motif batik dipakai sesuai dengan peruntukkannya.
Perempuan yang sedang hamil 7 bulan dalam prosesi mitoni atau selametan tujuh bulan harus memiliki kain batik. Salah satu motif batik yang wajib dipakai adalah babon angrem. Dalam Bahasa Indonesia, babon angrem berarti ayam betina sedang mengerami telurnya. Motif ini melambangkan kasih sayang dan kesabaran Sang Ibu.
Sementara itu untuk acara peningsetan atau tunangan maka calon pengantin memakai motif bondet. Motif ini berasal dari kata bundet, atau biar jalinan kasih calon pengantin tidak lepas. Bisa juga memakai motif ceplok dempel, artinya kelet, atau biar lengket. Harapannya jalinan cinta calon pengantin tidak terpisahkan lagi.
Filosofi yang lain misalnya Batik Truntum, memiliki makna bersemi kembali. Batik ini biasanya akan dikenakan oleh orang tua mempelai saat proses panggih sebagai simbol mereka menuntun putra-putrinya dalam meraih cinta yang kekal, membahagiakan dan menenangkan. Jadi tidak boleh keliru memakai jenis motif kopohan karena motif ini untuk wanita yang melahirkan.
Warna ragam hias Batik Kraton dipengaruhi oleh budaya Hindu dan Budha Sehingga memiliki 3 warna pakem. Untuk keraton Solo warna yang biasa dipakai adalah coklat tua, biru tua dan krem. Sementara untuk keraton Jogja menggunakan warna coklat tua, biru tua, dan putih. Selain warna, pola batik masa itu menampilkan motif garuda, lidah api, pohon hayat dan swastika.
Sementara itu Keraton memiliki motif batik yang hanya boleh dipakai oleh Raja dan keturunannya. Biasa disebut sebagai motif larangan atau forbiden motif. Motif larangan tersebut adalah motif Parang.
Masuk lebih dalam ke ruangan lain, ada koleksi Batik Belanda yang dibuat sekitar tahun 1840-1910. Batik Belanda bukan batik yang dibuat di negara Belanda. Melainkan batik yang dihasilkan oleh pengusaha Belanda di Indonesia. Seperti diketahui tahun 1849-1910, Indonesia dibawah penjajahan Belanda. Sehingga motif batiknya dipengaruhi budaya Belanda dan Eropa. Tak mengherankan jika cerita-cerita rakyat Eropa seperti Snow White, Henzel and Gretel, Little Red Riding Hod dan cerita lainnya ditemukan dalam selembar kain batik. Yang mengerjakan motif tetap seniman batik Indonesia namun di bawah arahan noni-noni Belanda.
Begitupun dengan koleksi Batik Cina. Motifnya dipengaruhi oleh budaya Thionghoa. Motif-motif binatang seperti kura-kura, burung hong, kelelawar dan lainnya menjadi warna dari Batik Cina. Dalam ragam hias Batik Cina juga dikenal dengan Batik Tiga Negeri. Batik ini memiliki tiga warna pakem, yaitu warna biru, merah dan soga.
Uniknya, masing-masing warna dicelup di tiga tempat yang berbeda. Warna merah dicelup di Lasem. Warna Biru dicelup di Kudus atau Pekalongan. Sementara untuk warna Soga dicelup di daerah Surakarta atau Jogjakarta.
Tak hanya itu, di Museum Batik Danar Hadi bisa ditemui koleksi Batik Jawa Hokokai, Batik Pengaruh Kraton, Batik Adhikarya, Batik Danar Hadi, Batik Indonesia, Batik Petani dan Sudagaran, dan Batik pengaruh India yang semua tertata apik ditiap ruangan.
Sebagai sebuah karya seni, batik memiliki nilai yang tinggi. Berawal dari desain motif yang di lukis diatas kertas. Kemudian motif tersebut dipindahkan dengan cara di blak ke atas kain mori. Semakin rumit motifnya maka akan semakin lama prosesnya.
Setelah motif selesai, selanjutnya kain mori harus melalui proses panjang untuk menjadi selembar kain batik yang indah. Langkah demi langkah proses pembuatan batik terdokumentasikan di sebuah ruangan. Pun dengan jenis-jenis lilin yang dipakai disetiap proses, beda-beda.
Sungguh mengagumkan jemari para pembatik saat mengayunkan canting untuk menggoreskan lilin panas di atas motif batik. Bukan pekerjaan yang mudah.
Cobalah belajar membatik, agar tahu bagaimana rasanya mengayunkan canting. Saya dan anak saya pernah mencoba belajar membatik di kampung batik Laweyan. Hanya di selembar kain seukuran saputangan. Susah payah kami menorehkan canting di atas motif batik.
Kabarnya, Santosa Doellah memiliki koleksi batik sekitar 11.000 kain batik. Namun tak semuanya dipajang dalam satu waktu. Masing-masing akan mendapat giliran untuk dinikmati para pengunjung. Kalau bukan karena cintanya yang sangat dalam terhadap batik, rasanya muskil Santosa Doellah mampu mengumpulkan koleksi batik sebanyak itu.
Pun karena kecintaannya kepada nDalem Wuryaningratan membuat Santosa Doellah tidak sayang merogoh kantongnya dalam-dalam untuk membeli, merenovasi dan menata ulang istana milik K.R.M.H. Wuryaningrat, seorang patih dan menantu Paku Buwono X, Raja Kasunanan Surakarta, yang sempat terbengkalai. Istana tempat batik yang ia cintai dipajang dan menjadi sumber pengetahuan.
Cintanya terhadap batik telah dimulai sejak usia 15 tahun. Mendapat warisan ilmu dari Sang Kakek, RH Wongsodinomo. Setelah lulus dari Fakultas Ekonomi UNPAD, ia menikah dengan pujaan hatinya Danarsih, putri seorang pengusaha batik kala itu, Hadipriyono.
Santosa Doellah merintis usaha batik, dengan modal kain mori hadiah pemberian kakek neneknya. Usaha itu kemudian diberi nama yang elok yaitu Danar Hadi. Paduan dari nama Danarsih, istrinya dan ayah mertuanya, Hadipriyono. Tanda cinta yang manis sekali.
Di awal usahanya, ayah empat anak ini, membuat batik dengan motif Wonogiren. Setelah produksi batiknya yang dijual dalam bentuk jarik laku di pasaran, ia kemudian mengembangkan usahanya ke sektor ritel. Toko pertama tahun 1973, yang kemudian berkembang hingga banyak kota di Indonesia. Danar Hadi tidak hanya merajai sektor ritel.
Perusahaan ini kemudian merambah di industri pemintalan benang dan tenun. PT. Kusuma Hadi Sentosa dan PT. Kusuma Putera Sentosa hadir untuk menjamin ketersedian bahan baku batik produksi Danar Hadi.
Anak kelima dari 10 bersaudara ini tidak hanya mewarisi pengetahuan berdagang batik namun juga kemampuan mendesain motif batik. Ratusan motif batik telah lahir dari tangan dinginnya. Layak, jika kemudian Institut Seni Indonesia, Surakarta menobatkan gelar Empu Batik kepada Santosa Doellah. Museum Batik Danar Hadi yang diresmikan pada 20 oktober 2000, menjadi prasasti paripurna kecintaan Santosa Doellah terhadap batik.
*****
Langit mulai memerah, tanda senja sudah diambang malam. Satu petang memang tak cukup untuk mengenang batik dari zaman ke zaman. Suatu hari, saya akan kembali lagi, mendengarkan cerita tempo dulu yang penuh dengan keluhuran.
Saya berharap Museum Batik Danar Hadi tetap kokoh menjaga batik warisan sejarah.
Museum Batik Danar Hadi
Jln. Slamet Riyadi No. 261, Solo, Jawa Tengah
Jam buka 09.00-16.30 WIB
Tiket:
Umum 35.000
Pelajar / Mahasiswa 15.000
Dari fotonya, nuansa retro sepertinya nampak sekali, khususnya untuk Batik Belanda. Karena dibuat oleh pengusaha Belanda di Indonesia, ternyata motifnya sudah melebur dengan cerita dongeng dari negeri sana, ya. Terima kasih Mba Ety untuk artikelnya. Jadi kepingin berkunjung ke Museum Batik di Solo.
#mbaetyidolaque
Iya Mas Adhi, seperti liat dongeng di atas kain batik. Sama-sama Mas Adhi.
Semoga suatu hari bisa main ke sini.
Btw, itu hestek ngikut mulu, wkwkwk
kembang rampingnya sebagai aroma terapi ya mba… kalau saya kurang paham, bisa mengira sesajen. Syukurnya gak gitu. Di rumah malah ta’ buat racikan sendiri.
Setiap kali ke Solo, pasti lewat Slamet riyadi ini lho, dan pernah ngelewati museum ini tapi blm kesampaian menengok ke dalamnya.
Semacam aromaterapi mba tapi untuk batik. Kalau di penciuman saya ada aroma gimana gitu, qeqeqe.
Kalau ke Solo coba main ke sini mba.
Waaah, boleh juga nih kalau suatu saat saya ke Solo. Sebab, saya termasuk penyuka batik. Dalam banyak kegiatan, termasuk pengajian, saya sering pake batik.
Silahkan ustadz. Bagus kalo gitu, depannya kan house of danar hadi jadi sekalian belanja aja.
Whuaaaa….keren! Langsung masuk daftar buat dikunjungi ini mah.
Silahkan mba. Buat yang suka batik dan sejarah bakal menyenangkan berkunjung ke sana.
ooo namanya kembang ramping toohh… kirain dulu sajen hahaha.. wangi nya khas bgt, dan suka kalap jg sih kdg klo di tempat batik gini.. semua pengen dibeli haha
Memang mirip sajen sih mba. Tapi, neda peruntukkan. Iya ya, bagus-bagus koleksinya batik danar hadi.
Baru tau manfaat kembang ramping. Kadang kalo masuk rumah orang ada bau kembang2nya bilangnya sajen,padahal banyak macam kembang dan manfaatnya ya,hehe
Bisa jadi mba. Yang tahu itu ditujukan buat sajen atau enggak ya yang masang.
Waaah motif2 batiknya keren nih, bagus2 semuanyaaa.
Kalo ke Solo pengin mampir juga ke Museum Batik Danar Hadi ini.
Anakku yg kelas 12 ada pelajaran membatik di sekolahnya, kata mereka susaaah hahaha 😀
Susah mba membatik itu. Mengayun canting itu juga pengaruh pada hasil. Kalau ke Solo silahkan mampir mba.
Danar Hadi namanya sudah cukup terkenal urusan batik. Saya baru tahu kalau ada museum batik. Menarik untuk dikunjungi kalau jalan-jalan ke kota Solo
Ada mba,,di belakang house of danar hadi. Bisa belanja sekaligus wisata sejarah
Baru tauu lhoo mbak ternyata ada museum batik danar hadi. Selama ini taunya ya toko batik danar hadi. Hihi. Kemana aja saya ni.
Ada mba. Soal museum memang bukan hal yang populer dibicarakan sih ya. Wajar kalau banyak yang belum tahu.
Ternyata bikin batik juga gak sembarangn coret ya, pakr nama dan filosofi juga. Keren euy, semoga suatu hari bisa sampai kesana.
Kalau motif batik zaman dulu emang gitu mba. Kalau sekarang sepertinya tak begitu.
Bisa ikut workshop jg disini? Pernah ikut workshop mbatik susah ternyata karena pertamakali. Berkali2 kena malam panas
Susah emang mba. Kalau sekerang tempatnya terpisah mba. Nggak di museumnya
Jatuh cinta dengan batik itu karena motifnya yang selalu memiliki arti dan sangat salut dengan yang buatnya.
Iya mba menunjukan tingginya nilai seni dari kain batik.
Setiap motif batik memiliki cerita di baliknya. Menarik banget ya kalau bisa mengetahui satu per satu ceritanya. Tetapi, kayaknya gak bakal cukup dalam 1 kali kunjungan 🙂
Betul..mba. harus berkali-kali. Harusnya ada dokumentasi tertulis biar lebih kekal.
wah, aku penasaran gimana itu batik motif snow white atau hans and gretel.
berarti cerita rakyat Indonesia bisa juga tuh dibuat motif batik.
Iya mba..kalau mau liat main ke museumnya mba. Cuma bisa liat aja gak boleh dipegang.
Jujur ya aku gak hapal tentang motif2 batik, tapi selalu suka lihat banyak batik. Mungkin kalau ke museum batik pasti tambah pengetahuannya dan bisa bedain tiap motifnya
Sama mba saya juga nggak paham. Karena ke museum jadi tahu dikit-dikit.
waaah..dari tahun 2000? brarti saya masih di solo. kok dulu nggak pernah dolan ke situ yaa huhuhuhu
Tadi kupikir juga batiknya dibuat di Belanda ternyata dihasilkan oleh pengusaha belanda ya mba 🙂 next kalau ke Solo pengen juga kunjungi museumnya biasanya aku ke Solo cuman tau pasar Klewer doang hahaha
Iya mba. Silahkan mba biar komplit wisatanya.
Sekarang boleh foto2 di museum Danar Hadi ya mba, katanya dulu gak boleh. Soal Ramping itu ada minyak srimpi ya. Sepengetahuan ku minyak srimpi untuk parfum jenazah. Bener gak sih, penasaran aromanya kalo dicampur dengan bunga dan daun pandan jadi kayak gmn.
Kapan2 pengen mampir deh, dulu cuma sempet makan di resto yang ada di sebelahnya
Kalau pengunjung reguler nggak boleh mba. Ini saya dibolehkan karena undangan.
Wah, nggak tahu juga kalau minyk srimpi jadi parfum jenazah.
Aromanya emang agak gimana gitu mba hehehe
masya Allah cantik-cantik dan elegan banget ya koleksi batiknya…
love love
baca baca soal batik itu selelu bikin terpesona ya mak. Sebagai orang Jawa, penting banget nih ilmu sial sejarah dan keistimewaan batik. Jadi pengen ajakin anak anak kenalan lebih jauh sama batik disini…
Bangunannya masih klasik banget. Berasa gitu khas Indonesianya. Ternyata batik macamnya banyak banget, ya. Awalnya dikirain batik Belanda itu batik khas sana, ternyata bukan, haha
Masya Allah, saya baru tau loh mba kalau ternyata setiap motif batik itu sarat makna. Kalau ada kesempatan main ke solo, sepertinya harus mampir Musium Danar Hadi 😍. Makasih mba Ety sharingnya.
Batik mengagumkan banget, sungguh warisan yang mesti dilestarikan terus. Museum ini bisa jadi tujuan wisata kalau ke Solo yaa mbak.. senang baca ceritanya, semoga bisa jalan-jalan ke sana nanti sekalian memperkaya khazanah budaya hehee…
Macam macam batik banyak sekali yaa Mak…nyesel kemarin ggjadi ikut… Tp aku kok suka mofif batik belandanya yah…..hehe
Baru tahu kalau batik perang hanya boleh dipakai raja dan keturunannya. Padahal sekarang, banyak baju motif parang yang dipakai orang biasa.
Makasih infonya, Mak
Batik Danarhadi ini termasuk favorit suami nih, setiap mau beli batik pasti yang dilihat si Danarhadi duluan karena menurutnya batik Danarhadi ini bagus dan motifnya disesuaikan sekali, potongannya pun gak asal kata dia.
Batik danar hadi memang terkenal ya. Tapi aku baru tau lo ada museum nya. Jadi pilihan untuk wisata juga ni kalo ke solo.
Bagus-bagus ya batiknya. Kalo ke sini anak-anak juga bisa sekalian belajar sejarah dan budaya. Lebih seru lagi kalo ada tempat praktik membatiknya nih. Thanks for sharing Mba’. 🙂
Luar biasa ya kecintaan Santosa Doellah pada batik hingga rela merogoh kocek luar biasa demi menunjukkan kekayaan Indonesia berupa batik kepada khalayak. Bagus-bagus dan elegan koleksi batiknya, mulai dari yang jadul sampai yang kekinian.
Pernah ke sini, koleksinya lumayan lengkap dan menambah khasanah perbatikan. Dapat kesempatan foto ala2 pembatik gitu kebetulan. Cuma sayangnya, ada beberapa spot yg tidak diijinkan utk diambil gambarnya.
Membayangkan ada hansel and gratel dan little red riding hood pada motif batik bikin saya langsung googling. Penasaran kan seperti apa batik belanda itu.
Mbahku punya usaha batik di Pekalongan, sayangnya gak nurun ke anak2nya. Akhirnya ya tutup dan ganti usaha telor asin sampai sekarang. Semoga suatu hari saya bisa berkunjung ke Museum Batik Danar Hadi.
Waaa, aku jadi pengen ke sini juga
Biar cinta batiknya tu bener2 mendalam, ga hanya heboh saat batik dipake kontestan tetangga sebelah aja di ajang putri2an dunia
Hehe…heboh dan cinta musiman
Trus aku pengen juga ke museum batik, biar cintanya lebih dalam
Ga sekedar rame dan ribut saat batik dipake kontestan tetangga sebelah di lomva putri2an dunia *_*
Wahh keren2 euy batiknya…Ada makna dalam setiap lembar batik ya… pengen banget bisa kesana juga sama anak2.. biar kenal lebih jauh dengan batik
motif batik belanda bagus ya,
kalo lihat batik bagus-bagus gini mamak pasti susah ngontrol dompet hahah
makasih infonya mba